Kamis, 07 April 2011

psikologi kesehatan mental

BAB I
PENDAHULUAN
      A.     Latar Belakang
Konsep tentang berbagai respon menunjukkan bahwa setiap masalah tunggal yang muncul dalam kaitannya dengan pengalaman manusia, banyak kemungkinan pemecahannya. Isu itu tergantung pada pengalaman dalam menangani masalah tersedianya respon-respon substitusi, kemampuan penyesuaian diri, tingkat kematangan, dan seterusnya. Beberapa dari respon ini adalah normal dan memadai sehingga memenuhi criteria penyesuaian yang baik; yang lainnya abnormal atau salah suai dan menimbulkan pecahnya pribadi, masalah kesehatan mental, dan gangguan hubungan antara individu dan realita. Sebagai contoh, seorang anak yang ayahnya diberi suatu posisi di kota lain yang akan melibatkan perubahan daerah untuk seluruh anggota keluarganya. Ini berarti perpisahan dengan kawan-kawan lama dan berharga, perpisahan dan perubahan sekolah, belajar hidup dalam suatu lingkungan yang baru dan asing, melepaskan ikatan-ikatan keluarga, menemukan teman sepermainan baru, dan seterusnya. Situasi seperti ini dapat menimbulkan frustasi dan mungkin mengarah kepada sejumlah masalah penyesuaian. Muncul tidaknya gejala ini akan tergantung pada reaksi yang diperkuat  dan reaksi inilah yang menentukan kualitas penyesuaian. Sebagai contoh, anak itu mungkin memiliki respon sebagai berikut ini.
     ·         Menerima perubahan itu dengan semangat petualang
     ·         Memohon dengan sangat agar ayahnya tidak menerima posisi itu
     ·         Menyerahkan diri pada situasi yang dia tidak dapat control
     ·         Menerima situasi itu dengan cara yang matang dan realistik
     ·         Menetapkan untuk tinggal di kota kelahirannya dan hidup bersama kawan-kawannya.
     ·         Menolak perubahan itu.
     ·         Gagal di sekolah sebagai suatu proses terhadap perubahan.
     ·         Mengembangkan kebencian, permusuhan, dan agresi.
     ·         Menjadi murung dan merasa tertekan.
     ·         Mengeksploitasi keenggangan ibunya mengadakan perubahan.
     ·         Sangat menyadari kesempatan baik ayahnya untuk memperoleh posisi yang lebih baik.
     ·         Mengembangkan gejala-gejala histeris dalam upaya menghindari perubahan.
     ·         Mengancam merusak diri kalau dipaksa pindah.
     ·         Menyalahkan ayahnya atas kegagalan hidupnya.
     ·         Mengembangkan gejala gangguan yang dapat menghalangi kepindahan ayahnya.
Banyak kemungkinan yang akan terjadi, dan tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi (Abdullah, 1984). Sekalipun demikian, jelas bahwa beberapa reaksi ini akan meningkatkan penyesuaian yang baik, dan yang lainnya akan mengarah kepada kesulitan penyesuain. Pertanyaan yang kemudian muncul apakah kualitas penyesuaian bervariasi dalam garis lurus atau apakah itu terputus. Dengan kata lain, adalah semua penyesuaian (baik dan buruk). Maka dari itu kami menyusun makalah ini yang berjudul “Pola Penyesuaian Normal” yang akan kami bahas lebih rinci pada bab berikutnya, agar kita lebih memahami pola pemnyesuaian normal yang sesungguhnya atau yang idealnya.

B.     Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan kami bahas pada bab berikutnya adalah sebagai berikut:
      1.      Bagaimanakah  proses  penyesuaian normal?
      2.      Jelaskan klasifikasi penyesuaian!
      3.      Jelaskan karakteristik penyesuaian normal!
      4.      Jelaskan cara-cara penyesuaian normal!
      5.      Apakah yang dimaksud dengan mekanisme penyesuaian?
      6.      Jelaskan karakteristik mekanisme penyesuaian?
      7.      Jelaskan penentu mekanisme psikologis!
      8.      Bagaimanakah variasi mekanisme penyesuaian!

                        C. Tujuan Penulisan
Makalah ini kami susun dengan tujuan antara lain:
     1.      Makalah ini sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah kesehatan mental.
    2.      Diharapkan mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah kesehatan mental, mampu memahami secara mendalam menbgenai pola penyesuaian normal yang meliputi proses  penyesuaian normal, klasifikasi penyesuaian, karakteristik penyesuaian normal, cara-cara penyesuaian normal, mekanisme penyesuaian, karakteristik mekanisme penyesuaian, penentu mekanisme psikologis, dan variasi mekanisme penyesuaian!

D.     Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan mampu menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa dan sebagai bahan acuan atau referensi untuk membahas masalah yang sama atau terkait/berhubungan dengan materi yang dipaparkan dalam makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Proses  Penyesuaian Normal
            Jika kita gunakan pandangan bahwa semua proses penyesuaian tanpa memperhatikan karakteristik individual, menggambarkan upaya organisme untuk memperoleh pemuasan kebutuhan dasar dan mereduksi konflik, frustasi dan ketegangan-ketegangan yang berkaitan dengan atau berasal dari motivasi-motivasi ini, dapat dikatakan bahwa semuanya sama. Perbedaan antara yang benar dan salah suai terletak pada perbedaan tingkatan yang dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa kriterium. Dengan kata lain, makin banyak respon yang memenuhi kriterium semakin tinggi tingkat penyesuaian. Respon-respon yang tidak terintegrasi sama sekali, akan menggambarkan salah suai yang ekstrim. Dengan menggunakan contoh sebelumnya, dapat dikatakan bahwa penerimaan perubahan posisi sang ayah dengan cara yang realitas dan matang merupakan salah satu contoh penyesuaian yang baik. Perkembangan gejala gangguan atau kebencian, permusuhan, dan tekanan perasaan sebagai contoh-contoh salah suai terhadap situasi itu. Beberapa contoh berada pada garis  antara kedua ekstrimitas itu, yaitu memohon dengan sangat agar sang ayah tidak menerima posisi itu dan reaksi menolak sepenuhnya perpindahan itu. Gambar di bawah ini secara sederhana menunjukkan kesinambungan penyesuaian manusia, yang bergerak dari penyesuaian yang sangat baik sampai ke salah penyesuaian yang bisa dikatakan sangat berat. Pada umunya respon manusia cenderung mengelompokkan dalam pertengahan rentang tersebut.
100                                                                                                                              100
 
P. sangat baik       P. baik            P. sedang       P. kurang        P. sangat kurang            Sp. Sangat berarti 

Respon-respon salah suai dapat dikatakan berbeda secara fundamental dari respon-respon yang sesuai. Antara rasional manusia normal yang menerima realitas dengan baik, dan penolakan penyimpangan realitas oleh penderita psikofisis, terdapat jurang yang tidak dapat dijembatangi oleh konsep variasi kuantitatif. Dengan kata lain, terdapat suatu perbedaan kualitatif antara respon-respon yang normal dan yang abnormal. Pandangan ini tidak dapat didasarkan pada sejumlah atau tingkat penyesuaian yang memadai respon-respon individual, melainkan didasarkan pada karakter atau kualitas respon itu sendiri. Sebagai contoh, terdapat suatu perbedaan kualitatif antara penerimaan realitas atau penyimpangan atau penolakannya. Dari sudut kualitatif, salah suai yang lengkap berarti penyimpangan patologis reaksi seseorang terhadap terhadap diri dan realitas. Secara lebih konkrit dapat dikatakan bahwa penderita paranoid mengalami salah suai yang berat karena kualitas patologis delusinya yang mengganggu relasinya tehadap realitas. Sebaliknya, orang yang secara konsisten gagal memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dalam bidang akademis, social, vokasional, atau situasi perkawinan, juga termasuk sangat kurang sesuai sekalipun tidak memperlihatkan gejala patologis.
            Diantara ekstrimitas penyesuaian yang baik dan tipe salah penyesuaian, terdapat jenis respon yang tidak sesuai (nonadjustive) yang secara kualitatif berbeda dari keduanya. Pada umumnya respon, apakah baik atau buruk secara psikologis, bersifat penyesuaian kalau mereduksi ketegangan dan tekanan atau mengatasi frustasi dan konflik; tetapi masih terdapat beberapa respon yang tidak bermakna penyesuaian (nonadjustive). Dalam kelompok terakhir ini termasuk beberapa gerak atau sikap individualistic yang aneh-aneh, eksentritas, keanehan perbuatan dan yang aneh, berbicara dengan tekanan yang dibuat-buat, terlalu sering mengedipkan mata, atau mengerutkan bibir.

B.     Klasifikasi Penyesuaian
Karena luasnya rentangan dan rumitnya respon-respon penyesuaian, tidak mudah mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang koheren dan memuaskan guna mencapai maksud kita secara efektif. Terbuka beberapa kemungkinan, dan kita harus memutuskan yang mana yang paling sesuai untuk interpretasi kita, klasifikasi tersebut antara lain:
a. Klasifikasi Berdasarkan Gejala dan Sebab
Pertama penyesuaian dapat diklasifikasikan menurut gejala (symptom), atau tipe orang yang terlibat. Kategori-kategori yang terkenal dalam klasifikasi ini adalah neurotik, psikotik, psikopat, menyimpang, eksentrik, dan epilepsy.  Klasifikasi tersebut pada umumnya lebih cocok untuk tujuan psikologi abnormal dan psikiatri daripada orang-orang psikologi penyesuaian, karena tujuan utama kita adalah untuk menguji proses penyesuaian daripada gejala atau tipe kepribadian. Dengan alasan yang sama, klasifikasi penyesuaian menurut  penyebabnya, seperti penyesuaian organism dan psikologis, tidak akan sesuai dengan tujuan kita.
b. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Respon
Penyesuaian juga dapat dikelompokkan berdasarkan jenis respon, atau kualitas reaksi yang terlibat dalam menghadapi tuntutan, masalah, konflik, dan frustrasi. Klasifikasi ini khususnya bermanfaat  untuk mengkaji penyesuaian karena penyesuaian memusatkan perhatian pada proses mental dan perilaku yang terjadi dalam situasi penyesuaian. Klasifikasi ini dapat dibedakan:  (1) penyesuaian normal, (2) penyesuaian dengan menggunakan reaksi pertahanan, (3) penyesuaian dengan menarik diri, atau menjauhkan diri, (4) penyesuaian dengan penyakit, dan (5) penyesuaian dengan agresi. Maka dari itu berbagai bentuk penyesuaian, telah diadopsi dari istilah umum "pola penyesuaian" dan inilah pola yang merupakan subyek Bagian investigasi (bab ketiga).
c. Klasifikasi Berdasarkan Masalah
Terakhir, penyesuaian dapat diklasifikasikan menurut masalah, atau situasi, yang terlibat dalam pemenuhan tuntutan diri dan lingkungan. Dengan demikian, penyesuaian dapat dikelompokkan sebagai penyesuaian: (1) pribadi (personal), (2) social, (3) rumah dan keluarga, (4) akademik, (5) kejuruan/vocasional, dan (6) perkawinan. Pengelompokan ini juga, adalah sejalan dengan tujuan psikologi penyesuaian, yaitu untuk menggambarkan proses penyesuaian dalam semua tahapnya. Kita dapat menemukan banyak saling kaitan antara kedua klasifikasi yang terakhir disebutkan. Kita akan menemukan bahwa pola yang berbeda melintasi dan menjadi kondisi sebagai penyesuaian dalam cara yang rumit. Pertahanan, menarik diri, pelarian, penyakit, dan semacamnya, adalah pola-pola respon yang berbeda untuk penyesuaian personal/pribadi, sosial, perkawinan dan kejuruan/vokasional yang kadang-kadang efektif. Dengan mengkaji kaitan-kaitan yang demikian, kita akan dapat menjembatangi jurang antara kajian abstrak proses penyesuaian dan penggunaannya dalam situasi konkrit kehidupan sehari-hari.

C.     Karakteristik Penyesuaian Normal
Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal, yang baik, apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama. Penyesuaian yang normal ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Schneiders, 1964).
1. Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan, tidak mampu mengontrol diri).
2. Absence of psychological mechanisme (terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis, seperti rasionalisasi, agresi, kompensasi, dsb).
3. Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari perasaan frustasi atau kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhannya).
4. Rational deliberation and self-direction (memiliki pertimbangan rasional, yaitu mampu memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang matang dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil).
5. Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan dirinya dalam upaya memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah).
6. Utilization of past experience (mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, bercermin ke masa lalu baik yang terkait dengan keberhasilan maupun kegagalan untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik).
7. Realistic, objective attitude (mampu menerima kenyataan yang dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara rasional, tidak didasari oleh prasangka buruk).

D.     Cara-Cara Penyesuaian Normal

a.       Penyesuaian dengan serangan frontal atau langsung.
Penyesuaian normal mencakup respon-respon yang melibatkan suatu pendekatan tegas dan langsung terhadap masalah dan tuntutan setiap hari. Sebagai contoh, karena kesulitan transportasi anda akan terlambat pada suatu perjanjian penting. Situasi tersebut tidak akan terpecahkan jika kita menanggapi dengan kemarahan yaitu dengan memaki system transportasi, mengambil taksi dan tiba secepat mungkin, kemudian menjelaskan kepada siapa saja yang terlibat tentang sebab keterlambatan anda, atau  menelpon orang penting tersebut dan memberiktahukan bahwa anda akan tiba dengan terlambat merupakan salah satu pola penyesuaian yang normal. Peristiwa ini merupakan serangan frontal atau langsung pada suatu situasi tertekan.

b.      Penyesuaian dengan Eksplorasi
            Tidak adanya pengalaman, proses belajar yang tidak cukup, pengembangan tidak cukup dan semacamnya, bisa menghalangi pendekatan yang langsung terhadap beberapa permasalahan penyesuaian. Contoh dari cara penyesuaian ini adalah seorang anak yang tidak mendapatkan perhatian dan kasih-sayang dari sang nenek, anak tersebut kemudian melakukan eksplorasi pada perilakunya agar Dia mendapatkan perhatian dan kasih-sayang yang Dia inginkan. Penyesuaian eksplorasi tersebut meliputi perilaku-perilaku yang dapat menyenangkan hati sang nenek.

c.       Penyesuaian dengan Trial and Error
Explorasi erat hubungannya dengan trial and error, yang sering digunakan di dalam situasi penyesuaian normal. Satu-satunya perbedaan antara dua pendekatan ini adalah explorasi itu lebih acak. sedangkan trial and error memiliki banyak pilihan. Seorang siswa boleh menemukan bahwa kurikulum yang ia pilih tidak cocok dengan minatnya, dan oleh karena itu pilihannya adalah suatu kesalahan. Jika pengenalan tentang kekeliruan ini diikuti dengan cepat oleh pilihan suatu kurikulum yang lebih pantas, kita mempunyai situasi trial-error percobaan baru, dan siswa telah melakukan suatu penyesuaian yang baik.

 d. Penyesuaian oleh substitusi
Sama halnya dengan eksplorasi, substitusi sebagai suatu contoh khusus dari berbagai respon. Sekalipun demikian, dalam substitusi terdapat upaya sengaja untuk mereduksi frustasi yaitu dengan bijaksana mengubah arah penyesuaian. Contohnya, seorang remaja mengalami gangguan penglihatan yang ekstrim tidak mungkin mendaftar di angkatan udara dan harus melepaskan ambisinya dalam hal tersebut. Sama halnya dengan orang yang gagal menawan hati seorang teman; orang yang tidak dapat mempunyai anak; dan orang-orang yang mengalami hambatan karena cacat secara fisikbahkan orang yang kekurangan dana untuk biaya sehari-hari , orang-orang yang demikian kadang-kadang mencapai penyesuaian yang baik dengan mensubstitusi tujuan atau ambisi yang selalu tertahan.


e.       Penyesuaian dengan Eksploitasi Kemampuan Pribadi/Personal

Pemakaian prinsip substitusi akan tergantung pada tingkatan potensi seseorang. Maka dari itu disajikan pula cara penyesuaian dengan eksploitasi kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mencapai penyesuaian yang baik dan normal. Contohnya, seorang siswa yang mendapatkan nilai hasil evaluasi belajar yang rendah berusaha dengan sungguh-sungguh dalam hal belajar agar mampu memperbaiki hasil evaluasi yang akan diberikan selanjutnya oleh sang guru.

f.       Penyesuaian dengan belajar
penyesuaian normal dapat secara efektif dicapai dan dipertahankan melalui media pembelajaran. Sebenarnya, eksplorasi dan mencoba-coba (trial and error) hanyalah teknik khusus yang digunakan oleh organisme mempelajari respons yang bermanfaat bagi penyesuaian yang memadai. Tentu saja belajar terletak jauh dari kedua pendekatan tersebut dan merupakan suatu cara yang paling efektif untuk mengahadapi tuntutan kehidupan sehari-hari. Tentara yang gagal memperoleh pengetahuan, teknik dan skill yang dituntut oleh  peranannya tidak akan mencapai penyesuaian dalam kehidupan militer. Pekerja sosial yang menaruh prasangka terhadap kelompok minoritas tidak dapat berharap untuk memenuhi keperluan posisinya. Remaja yang gagal mempelajari tanggung jawab dari kehidupan orang dewasa tidak dapat diharapkan untuk menyesuaikan dirinya secara normal ke situasi dewasa nantinya. Pada setiap contoh, penyesuaian normal diperoleh melalui pencapaian dan perkembangan respon-respon yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan diberbagai situasi.  Belajar tidak diperlukan, hanya ketika seseorang telah memiliki peralatan yang cukup untuk berbagai situasi.  

g.       Penyesuaian dengan hambatan dan pengendalian diri.
Pada saat tertentu penyesuaian normal akan lebih baik dengan menghambat respon-respon daripada mengembangkan respon-respon baru. Sebagaimana kita ketahui bahwa jumklah hambatan yang baik dan efektif, serta penyesuaian diri yang sehat bersifat fundamental dalam penyesuaian normal. Sebagai contoh, pada masalah penyesuaian seksual sebelum nikah khususnya, explorasi, mencoba-coba (trial and error) dan belajar pada umunya dihalangi oleh batas sosial dan moral. Dengan demikian, penyesuaian yang efektif hanya dapat dicapai dengan mengontrol secara inteligen respon-respon yang berperan dalam perilaku seksual. Di sini Nampak hubungan antara hambatan dan pengendalian diri,  pertama menghalangi ekspresi dari drive atau motive, dan yang lain adalah memungkinkan pengarahan proses mental dan perilaku ke dalam ekspresi yang dapat diterima. Meskipun demikian, bukan hanya penyesuaian seksual yang memerluakan hambatan dan pengendalian diri. Penyesuaian normal perlu untuk mengontrol semua nafsu pada waktu tertentu, seperti pada kontrol terhadap pikiran,imaginasi, emosi dan perilaku.
Orang yang penyesuaiannya normal membatasi kebutuhannya, seperti lapar, haus dan istirahat, mengarahkan pikiran ke arah logis, menghilangkan mimpi siang yang berlebihan, dan menghindari ekspresi perasaan dan emosi kasar. Dengan demikian, kapan saja pengendalian ini dinyatakan dalam respon seseorang pada suatu situasi, kita dapat mengatakan bahwa dia menyesuaikan dirinya secara normal.

h.      Penyesuaian dengan Perencanaan yang inteligen
Penyesuaian normal juga tercermin dalam aplikasi intelegensi secara konsisten pada situasi masalah. Tidak ada yang lebih jelas dari pada proses perencanaan  yang inteligen, apakah perencanaan ini diarahkan  kepada kesejahteraan ekonomi, kesehatan, pendidikan, kebahagiaan perkawinan atau tanggung jawab dari sebuah pekerjaan. Orang yang secara kronologis mengalami kesulitan penyesuaian kurang mampu mengorganisasikan pemikiran dan perilakunya secara sistematis guna merealisasi beberapa rencana kegiatannya. Sebagai contoh, banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar karena mereka gagal merencanakan program studinya secara cermat (inteligen), mengatur waktu secara efisien, atau mengorganisasi kebiasaan-kebiasaan belajarnya. Banyak guru-guru yang kurang mampu beradaptasi karena gagal mengorganisasi kegiatanya sehari-hari ditinjau dari penggunaan rencana yang cermat sehingga pekerjaannya mungkin diselsesaikan dengan kelelahan dan frustasi. Perencanaan yang cermat (inteligen), mengarah pada pemenuhan tuntutan sekarang dan antisipasi terhadap masalah yang mungkin terjadi di masa depan, sebagai contoh yang jelas tentang penyesuaian normal. Penyesuaian ini sangat penting karena diorientasikan kepada masa depan, sehingga membantu menjamin kesinambungan  penyesuaian dengan memperkirakan kesulitan-kesulitan yang mungkin  terjadi. Perkiraan ini memberi kesempatan individu untuk mengorganisasi sumber-sumbernya guna memenuhi tuntutan dan masalah yang harus dihadapi dan untuk mendorong perubahan-perubahan atau proses belajar yang mungkin diperlukan.
Karakteristik ini digambarkan secara mencolok dalam keterampilan dan efisiensi pemimpin-pemimpin dalam perindustrian, pemerintahan, dan pendidikan guna memenuhi tuntutan yang kompleks yang muncul dari hari ke hari dalam pekerjaan mereka yang berbeda. Kalau perencanaan inteligen tidak digunakan dalam situasi-situasi ini, frustasi dan salah suai akan banyak menimpa baik laki-laki maupun perempuan.

E.     Mekanisme Penyesuaian
Mekanisme psikologis sebagai alat untuk mencapai atau memelihara beberapa tingkat penyesuaian dan merupakan pengganti yang berbeda dengan respon-respon yang normal. Sekalipun demikian sukar mengatakan bahwa semuamekanisme yang demikian bersifat normal, tetapi beberapa di antaranya menganggu penyesuaian yang baik. Kesulitan ini timbul karena mekanisme psikologis berada di tengah garis kesinambungan penyesuaian, yaitu antara penyesuaian normal (baik) dan penyesuaian yang abnormal (maladjustment).berapa diantaranya  mendekati normal dan  kadang-kadang nampak sebagai kompromi antara  penanganan masalah serius (maladjustment) dengan penanganan secara langsung (berdasarkan keputusan). Sebagai contoh kompromi semacam ini, kita dapat mengambil orang yang frustrasi dari pekerjaanya. Daripada meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan kemampuan dan minatnya, Dia mengadakan kompromi dengan mengembangkan suatu reaksi kompensasi atau mekanisme yang cenderung mengimbangi atau mengurang sifat-sifat pekerjaanya yang tidak dapast disetujui. Dengan cara demikian Dia mereduksi perasaan frustasinya dan mengiringi ketegangannya, Dia mencapai suatu tingkat penyesuaian. Tetapi Dia melakukannya dengan menghindari  pendekatan frontal atau langsung kepada masalah yang memungkinkan bebas sepenuhnya dari frustasi dan member suatu kesempatan untuk mencapai perkembangan pribadi yang lebih sehat karena langsung dengan penyesuaian, maka respon-respon kompromi ini kadang-kadang dipandang sebagai makanisme penyesuaian (Schneiders, 1964)..
Bila keseimbangan psikologis diganggu oleh traumata psikologis yang dalam dan berat, frustrasi, atau konflik, jiwa berusaha menemukan suatu variasi dalih dan jalan memutar yang disebut mekanime mental atau dinamisme. Karena makanisme mental biasanya berbentuk penipuan diri (self-decopation). Individu tidak sepenuhnya menyadari kehadiran atau maksudnya dan merasa tersinggung kalau dicurahkan perhatian kepadanya.
Mekanisme penyesuaian adalah kecenderungan respon mendalam, secara relative, permanen yang berkembang dalam perjalanan seseorang dalam upaya untuk melakukan penyesuaian terhadap diri dan lingkungan. Dalam arti yang lebih luas mekanisme penyesuaian dapat dibatasi suatu cara berprilaku atau bereaksi dalam streotipe (meknisme bukan atas kemauan sendiri) terhadap tuntutan suatu situasi yang memungkinkan organisme mencapai pemuasan kebutuhan dan mereduksi ketegangan dan frustrasi tanpa upaya yang diperlukan penyesuaian yang lebih normal. Dengan demikian, seseorang dapat mulai mengembangkan sifat-sifat pribadi yang berharga guna memeperoleh kehidupan yang lebih efektif  (penyesuaian normal), atau dapat mengintroyeksi kualitas orang lain yang dipandang berharga atau dikagumi (mekanisme penesuaian).
F.      Karakteristik Mekanisme Penyesuaian
Pemahaman yang lebih baik dari mekanisme ini dapat dicapai dengan mempertimbangkan karakteristiknya yang esensial, terutama karena karakteristik ini memiliki banyak kaitannya dengan penyesuaian.
1.      Berfungsi Mekanisme. Pertama, bersifat mekanis yang berarti bahwa berfungsi tanpa disadari atau tanpa maksud yang disengaja dan secara bebas terjadi kontrol diri. Kualitas ini mirip dengan kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dikembangkan. Perbedaannya, kebiasaan pada umumnya dimulai dengan tindakan atas kemauan sendiri dan dicapai dalam kaitan dengan perkembangan normal. Perbedaan ini memberikan kita suatu tanda kenapa respon-respon itu bersifat mekanisme. Sama halnya dengan reflex dan respon otomatis, mekanisme itu tidak disengaja dan bukan atas kemauan sendiri. Terdapat banyak perbedaan antara mekanisme rasionalisasi dan perbuatan alasan-alasan yang disengaja untuk bertindak buruk atau tidak dapat diterima sekalipun kedua respon itu mengikuti pola yang sama.orang yang membuat alasan secara sadar akan perilakunya mengetahui bahwa perilakunya membutuhkan beberapa pembenaran, sedangkan orang yang membuat alasan dalam proses rasionalisasi tanpa mengetahui bahwa dia mencoba membenarkan tindakannya. Sekalipun demikian, kalau seseorang telah menyadari kecenderungan ke arah rasionalisasi, kecenderungan itu tidak akan lebih lama berfungsi secara membabi buta.
2.      Berfungsi secara tidak sadar. Tindakan atas kemauan sendiri banyak ditentukan oleh maksud, tujuan, atau sasaran yang dirumuskan secara sadar dengan basis evaluasi rasional dan kesengajaan. Sedangkan mekanisme dirumuskan secara tidak sadar dengan basis kebutuhan, ketegangan, konflik, dan frustasi. Tujuan tindakan yang disengaja adalah rasionalisasi maksud atau pencapaian tujuan. Tujuan mekanisme ialah pencapaian penyesuaian yang mereduksi ketegangan, konflik, atau frustasi yang disebabkan oleh motivasi-motivasi sadar. Mekanisme berfungsi secara tak sadar. Pada umumnya orang tidak menyadari berfungsinya introyeksi, proyeksi, sublimasi, dan mekanisme yang serupa.

G.    Penentu Mekanisme Psikologis
Tujuan umum mekanisme ialah penyesuaian organisme, sekalipun maksud ini tidak diketahui oleh orang tersebut. Mekanisme merefleksikan fungsi kebutuhan dasar, seperti kebutuhan kasih sayang dan keamanan dan perasaan inferioritas, kekurangan dan bersalah atau berdosa. Secara khusus, mekanisme egosentris sebagai suatu ekspresi yang menampak dari idaman akan keamanan diri dan perasaan inferioritas, sedangkan rasionalisasi adalah ekspresi perasaan bersalah atau kebutuhan status personal. Sebagai suatu perkiraan dapat dikatakan bahwa mekanisme adalah manifestasi frustrasi dan konflik yang muncul dari kurangnya pemenuhan kebutuhan dan ekspresi perasaan.
Pentingnya diketahui bahwa penentuan-penentuan ini berfungsi pada hampr semua tingkat ketidaksadaran sehingga menerangkan latar belakang berkembangnya mekanisme secara tidak sadar. Jika seseorang menyadari perasaan inferioritasnya, dia akan menggunakan evaluasi yang inteligen untuk menghilangkannya sebagai pengganti ketidaksadaran perasaan dikembangkan mekanisme perlindungan sehingga dapat dijauhkan ketegangan dan frustasi yang ditimbulkan oleh perasaan tersebut. Tidak mungkin dikembangkan suatu mekanisme secara sadar bila alasannya belum diketahui oleh orang tersebut (Andajani, 2010).
H.    Variasi Mekanisme Penyesuaian
Semua respon penyesuaian yang menyimpang dari pola normal dalam konsep mekanisme psikologis. Pembentukan setiap jenis gejala gangguan tidak disadari dan tidak disengaja dan mirip dengan perkembangan mekanisme penyesuaian khusus, seperti sublimasi dan rasionalisasi. Dalam setiap kasus, ada suatu upaya untuk memenuhi tuntutan realitas, melarikan diri dari keterbatasan diri, atau mereduksi konflik dan frustrasi dengan adopsi yang tidak sadar atau pengembangan respon-respon yang memenuhi maksud penyesuaian.
Mekanisme penyesuaian yang menonjol diorientasikan kepada pertahanan psikologis dari organisme. Ini mencakup kompensasi, rasionalisasi, sublimasi, egosentrisme, proyeksi, introyeksi dan celaan-celaan karena gagal memperoleh (sour grapes).

BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
·      Sejalan dengan tujuan kami untuk membahas pola-pola penyesuaian normal. Kami mencatat berbagai macam penyesuaian untuk masalah individu, dan juga bagaimana penyesuaian yang berbeda, normal dan abnormal, baik dan buruk, bisa diatur pada sebuah kontinum dari penyesuaian yang sangat baik untuk ketidakmampuan. Namun demikian, kami menunjukkan bahwa penyesuaian baik dan buruk juga mungkin berbeda secara kualitatif.
·      Klasifikasi penyesuaian yaitu klasifikasi berdasar gejala dan sebab, klasifikasi berdasar jenis respon, dan klasifikasi berdasar masalah.
·      Karakteristik penyesuaian meliputi . Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan, tidak mampu mengontrol diri), Absence of psychological mechanisme (terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis, seperti rasionalisasi, agresi, kompensasi, dsb), Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari perasaan frustasi atau kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhannya), Rational deliberation and self-direction (memiliki pertimbangan rasional, yaitu mampu memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang matang dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil), Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan dirinya dalam upaya memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah), Utilization of past experience (mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, bercermin ke masa lalu baik yang terkait dengan keberhasilan maupun kegagalan untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik), dan  Realistic, objective attitude (mampu menerima kenyataan yang dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara rasional, tidak didasari oleh prasangka buruk).
·      Cara-cara penyesuaian normal meliputi penyesuaian dengan serangan frontal atau langsung, eksplorasi. Trial dan error, eksploitasi kemampuan personal, belajar, hambatan dan pengontrolan diri, dan perencanaan yang inteligen.
·         Mekanisme psikologis sebagai alat untuk mencapai atau memelihara beberapa tingkat penyesuaian dan merupakan pengganti yang berbeda dengan respon-respon yang normal.Karakteristik mekanisme penyesuaian.
·         Penentu mekanisme psikologis adalah kebutuhan kasih sayang dan keamanan dan perasaan inferioritas, kekurangan dan bersalah atau berdosa. Secara khusus, mekanisme egosentris sebagai suatu ekspresi yang menampak dari idaman akan keamanan diri dan perasaan inferioritas, sedangkan rasionalisasi adalah ekspresi perasaan bersalah atau kebutuhan status personal. Sebagai suatu perkiraan dapat dikatakan bahwa mekanisme adalah manifestasi frustrasi dan konflik yang muncul dari kurangnya pemenuhan kebutuhan dan ekspresi perasaan.
·         Variasi mekanisme penyesuaian adalah mekanisme penyesuaian yang menonjol diorientasikan kepada pertahanan psikologis dari organisme. Ini mencakup kompensasi, rasionalisasi, sublimasi, egosentrisme, proyeksi, introyeksi dan celaan-celaan karena gagal memperoleh (sour grapes).

B.     Saran
Kami menyarankan kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi penyempurnaan isi tulisan ini, dan kelak tulisan ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan untuk masalah yang yang terkait dengan isi tulisan ini.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar